Kemarin saya tersentak oleh message seorang sahabat “De, tahu gak bahwa apa yang keluar dari mulut kita itu adalah kita”
dan kemudian saya merenung atas apa apa yang pernah saya ucapkan,
perkataan baikkah atau kata kata yang menyakitkan saya yang mampu saya
ucap, atau rentetan dusta yang tak mampu saya bendung, lalu terbayang
oleh saya ketika sumbu amarah saya tersulut oleh perbuatan orang lain
yang tidak menyenangkan hati, saya memaki dengan kata kata “bodoh”
yang jika dikatikan dengan pesan sahabat saya tadi, kata bodoh yang
saya tunjukan untuk orang lain sesungguhnya itu adalah saya, iya itulah
saya, ketika saya mengatakan orang itu “ular berkepala dua” karena suka mengadu domba dan memfitnah, mungkin saya juga begitu, jadi siapa saya, saya adalah yang keluar dari mulut saya itu, ya ALLAH .
Beberapa hari yang lalu guru mengaji menasehati saya dengan kata kata yang indah, “De, diam itu adalah emas, diam adalah ibadah yang tanpa bersusah payah, diam adalah perhiasan bibir tanpa berhias dengan pemerah, diam adalah kehebatan tanpa kerajaan, benteng tanpa pagar, kekayaan tanpa meminta kepada orang, istirahat bagi kedua malaikat pencatat amal, penutup segala aib“… Subhanallah, indahnya diam …
Saya mulai berpikir, jika dalam sehari itu ada 24 jam, dikurangi jam tidur saya 6 jam maka saya punya waktu hidup 18 jam dalam 18 jam ini berapa banyak kata kata bak meteor yang keluar dari mulut saya, di tempat saya menjemput rejeki saya berhadapan dengan orang orang yang tidak selalu manis dan saya membalasnya dengan lebih pahit lagi, ke Ayah n Bunda saya mungkin saya tak bermaksud membentak tapi “huh” yang keluar dari mulut saya mungkin melukainya, jika saya tak mampu berkata kata yang menyenangkan sebaiknya saya diam, jika hanya bisa bohong dan bohong yang keluar dari mulut saya sebaiknya saya gak bicara sama sekali, jika hanya luka dan makian mending lakban deh mulut.
Sungguh lidah memang tak bertulang,
setiap gerakannya akan menggetarkan pita suara, dan suara yang keluar
jika tak bernilai kebaikan sebaiknya diam, dan mustinya saya harus
selalu ingat bahwa setiap gerakan lidah akan dimintai pertanggungjawaban
oleh ALLAH di mahkamah ALLAH nanti, iya lidah akan dihisab, bicara apa
dan berkata apa, di mahkamah ALLAH tidak ada pengacara yang akan membela
apalagi membenarkan ucapan saya, di sana lidah saya hanya akan berkata
jujur tentang semua yang pernah saya ucapkannya, dan betullah seharusnya
saya DIAM ketika tidak bisa berkata benar, diam dan dzikir loh yah,
bukan diam terus ngelamun jorok.
Semakin banyak bicara semakin banyak salah, maka diam itu tidak pernah salah, jadi mulai sekarang ada baiknya kita belajar menjadi pendengar dan bukan pembicara, kekasih ALLAH itu diamnya dzikir, bicaranya dakwah, kan gitu yah?
“Kalau dihina De?” gak usah
dibalas dengan hinaan, rugi lah mengotori lidah dengan menghina orang
itu lagi, ketika ada orang yang menghina saya kan orang itu sedang
menghina dirinya sendiri kan sebetulnya, ketika saya membalas lagi
dengan hinaan, terus apa bedanya dong saya dengan dia, gak deh !! abis
pahala dan energi hanya untuk membalas sesuatu yang gak penting lagi
buat kita bukan? biarkan saja… sudahi saja dengan diam dan senyum manis.
Kata orang ”Setan itu mencari
sahabat sahabatnya dan ALLAH melindungi kekasih kekasihNYA” salah satu
agar dicintai ALLAH dan menjadi kekasih ALLAH adalah dengan menjadi ahli
dzikir dan sifat dari para ahli dzikir itu “diamnya dzikir, bicaranya
dakwah” …
0 komentar:
Posting Komentar